Thursday, 13 June 2013

Gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Pertumbuhan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan anggota keluarga terutama ibu dan anak, ibu dan anak adalah golongan penduduk yang sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, sehingga perlu perhatian khusus untuk memelihara kesehatan mereka, demi masa depan bangsa dan negara (Unicef, 2006).
Anak-anak dan khususnya dibawah lima tahun adalah individu-individu yang rentan. Menurun organisasi kesehatan dunia (World Health Organisation- WHO), tingkat kematian anak dibawah lima tahun di Indonesia sama dengan 34,6 % pada tahun 2010, kebanyakan dari penyebab-penyebab tingginya angka kematian balita tersebut dapat dicegah dan diobati dengan pengetahuan dan tindakan-tindakan yang tepat (Ami, 2011).
Proses tumbuh kembang anak terdiri atas dua proses yang tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi yaitu proses pertumbuhan yang ditandai dengan semakin besarnya ukuran tubuh (berat, tinggi badan lingkar lengan atas dan sebagainya dan proses perkembangan yang ditandai oleh semakin bertambahnya kemampuan anak (koordinasi gerakan, bicara, kecerdasan, pengendalian perasaan, interaksi dengan orang lain, dan sebagainya) kedua proses ini perlu diikuti secara teratur yaitu dipantau, sehingga bila ada kelambatan dalam proses tumbuh kembang dapat segera diketahui dan dilakukan tindakan (Santoso, 2000)
.
Secara anatomis otak berkembang baik pada usia 2 tahun pertama memperoleh asupan gizi secara baik, tetapi jika pada asupan gizinya kurang maka perkembangan otaknya tidak berkembang atau biasa dikenal dengan otak kosong. Untuk memantau tumbuh kembang anak Balita harus dilakukan orang tua dengan membawa anak Balita ke Posyandu terdekat setiap bulan. Selain itu pemantauan juga harus dilakukan oleh kader, tokoh masyarakat
Pertumbuhan yang baik tidaklah hanya bersifat fisik tetapi juga mental dan intelektualitas, sehingga proses pertumbuhan tersebut lazim disebut bukan saja sebagai proses pertumbuhan tetapi sebagai proses tumbuh-kembang. Agar proses tumbuh-kembang dapat berjalan dengan optimal, seorang anak harus mendapatkan pemenuhan dari 3 kebutuhan pokoknya. Yang pertama adalah kebutuhan fisik-biologis, berupa kebutuhan akan nutrisi (ASI, Makanan Pengganti ASI/MP-ASI), imunisasi, serta kebersihan fisik dan lingkungan. Yang kedua adalah kebutuhan emosi berupa kasih kasih sayang, rasa aman dan nyaman, dihargai, diperhatikan, serta didengar keinginan dan pendapatnya. Kebutuhan ini memiliki peran yang sangat besar pada kemandirian dan kecerdasan emosi anak. Kemudian kebutuhan ketiga yang tak kalah penting adalah kebutuhan akan stimulasi yang mencakup aktivitas bermain untuk merangsang semua indra, mengasah motorik halus dan kasar, melatih ketrampilan berkomunikasi, kemandirian, berpikir dan berkreasi. Stimulasi ini harus diberikan sejak dini karena memiliki pengaruh yang besar pada ragam kecerdasan atau multiple intelligences (Sujadmiko, 2002).
Pemantauan pertumbuhan merupakan hal terpenting untuk mengetahui mal nutrisi pada anak. Pemantauan pertumbuhan berarti melakukan pengecekan secara reguler terhadap anak bahwa pertumbuhannya sesuai dengan standar pentumbuhan sesuai dengan umurnya, tinggi dan berat badannya dibanding dengan populasi anak sehat (Ami, 2008).
Anak harus tumbuh dengan baik dan mengalami pertambahan berat badan yang cukup berat, badan anak harus ditimbang setiap bulan dari sejak lahir, apabila anak tidak mengalami pertambahan berat badan yang cukup setiap bulannya. Anak sehat adalah anak yang berat badannya bertambah secra cukup, pertambahan berat badan yang teratur merupakan ciri anak yang fisiknya tumbuh dengan baik, anak harus selalu ditimbang berat badannya pada saat berkunjung ke posyandu atau Puskesmas (Unicef, 2006).
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu untuk mencatat dan mengamati tumbuh kembang anak, dengan melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada kartu menuju sehat (KMS), seorang ibu dapat mengetahui dan berusaha memperbaiki kesehatan anaknya. Dengan KMS seorang ibu dapat mengetahui kemampuan anaknya sesuai dengan perkembangannya, semua ibu perlu memiliki KMS dan selalu membawa KMS tersebut pada setiap kali mengikutkan anaknya dalam semua kegiatan kesehatan (Depkes RI, 2006).
Beberapa indikator kesehatan yang paling penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan status gizi masyarakat. Secara Nasional AKI 304/100.000 lahir hidup. AKB sebesar 35/1000 lahir hidup dan gizi kurang sebesar 27,5 % dan gizi buruk sebesar 8,5 %. Di Propinsi NAD indikator tersebut menunjukan AKI sebesar 373/100.000 lahir hidup, AKB 42/1000 lahir hidup dan status gizi kurang 34,3 %  dan gizi buruk sebesar 9,4 %. Target yang ditetapkan sampai tahun 2009 secara Nasional menurunkan AKI menjadi 226/100.000 lahir hidup. AKB 6/1000 lahir hidup, gizi kurang menjadi ≤ 20 % (Profil Dinas Kesehatan NAD, 2010).

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo