Kesulitan belajar siswa merupakan suatu hal yang harus
segera dapat diatasi, dicari penyebab dan jalan keluarnya. Kegagalan siswa
dalam pembelajaran adalah kegagalan guru dalam pendidikan. Karena pengetahuan
bukannya seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah-kaidah yang siap diambil
dan diingat sejalan dengan itu.
manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya,
seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang
berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda
oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap
pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengalaman) dalam otak
manusia tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas, dalam pembelajaran agar
siswa diberi kesempatan membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan
pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL). Dalam buku CTL yang disusun oleh Departemen Pendidikan
Nasional (2002: 11) siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa, siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan di benak mereka sendiri.
Pendapat di atas menyatakan landasan filosofi CTL adalah
konstruktivis, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahan belajar tidak hanya
sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan
di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi
fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang
dapat diterapkan.
Pengetahuan terus berkembang, penemuan-penemuan baru banyak
yang ditemukan sehingga pembelajaran tidak pernah berakhir dan harus selalu
diikuti perkembangannya. berpendapat teori konstruktivis memandang secara
terus-menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan
aturan-aturan lain dan memperbarui aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai
lagi. Teori konstruktivis menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran
mereka sendiri. Karena penekanannya pada siswa yang aktif maka strategi
konstruktivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa (STUDENT-CENTERED INSTRUCTION). Di dalam
kelas yang pengajarannya berpusat pada siswa, peran guru adalah membantu siswa
menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan
ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa
pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran dapat mengoptimalkan pengalaman
belajar. Siswa menemukan konsep-konsep atau dalil Bahasa Inggris sendiri, maupun melalui
diskusi kelompok dengan guru sebagai fasilitator, sehingga dapat meminimalkan
kesulitan belajar siswa.
0 komentar:
Post a Comment