Friday, 26 July 2013

Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu balita tentang gizi pada balita Di Desa



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan perwujudan sehat sebagai hak azasi rakyat dan merupakan investasi bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu semua pelaku pembangunan harus memberikan kontribusi popsitif terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat sekaligus derajat kesehatan nasional.
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Anak balita (1-5 tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KEP) atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi.
Dampak kekurangan gizi pada masa depan anak sangat memprihatinkan jika masalah pemenuhan gizi tidak diperhatikan. Kurang gizi yang terjadi pada priode kritis atau kemudian sering disebut sebagai masa emas (Golden Period), yang ditandaai dengan masalah pada pertumbuhan dan perkembangannya, serta yang lebih buruk adalah kematian. Bila terjadi gizi buruk pada periode emas ini akan mengakibatkan tingginya prevalensi gizi kurang, anak pendek, kurang vitamin A dan anemia gizi besi, keadaan ini selanjutnya akan mengakibatkan pada rendahnya kualitas perkembangan anak hingga dapat mempengaruhi tingkat kualitas generasi penerus bangsa
Defisiensi zat gizi berhubungan erat dengan status sosial ekonomi seseorang dan keluarganya, kemiskinan, pengangguran dan budaya bahkan politik adalah sangat berkaitan dengan status gizi
Secara klasik kata gizi hanya dihubungan dengan kesehatan tuhuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja.
Pengetahuan ibu tentang gizi merupakan faktor utama dalam memenuhi kebutuhan akan zat gizi keluarga terutama kebutuhan zat gizi bayi dan balita per harinya, namun dalam kenyataannya masih banyak ibu yang belum mengetahui secara baik tentang zat gizi dan kebutuhan zat gizi tubuh serta dari mana zat gizi itu didapat, para ibu rumah tangga lebih banyak mempelajari cara membuat makanan yang enak tampa memikirkan kandungan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi keluarga.
WHO memperkirakan dalam tahun 2009 terdapat 27% atau 168 juta anak balita di dunia menderita kurang gizi/under wight. Berasarkan data nasional yang dilaporkan pada direktorat gizi kesehatan masyarakat ada 23.000 kasus anak balita yang mengalami kekurangan gizi dan angka rata-rata anak kekurangan gizi 35,75%.
terjadi penurunan prevalensi gizi kurang di Indonesia dari  18,4 % menjadi 17,9 % dalam rentang waktu 2007 – 2010. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) mengatakan telah terjadi penurunan prevalensi balita pendek pada tahun 2007 sebanyak 36 % menjadi 35 % pada tahun 2010.

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo